Haus Pujian, Tersiksa Karna Hinaan
Haus Pujian, Tersiksa Karna Hinaan |
Haus Pujian, Tersiksa Karna Hinaan - Banyak di antara kita berbangga hati ketika mendapatkan pujian dari orang lain, bahkan lebih berbangga hati apabila mendapatkan pujian di depan umum atau dengan kata lain pujian tersebut harus ada saksi sehingga diibaratkan oleh orang banyak. Lebih parah lagi bahkan ada orang yang memang hidup haus akan pujian, semasa hidupnya hanya butuh pujian dan pujian dari orang banyak. Yang apabila tidak mendapatkan pujian, maka hidupnya tidak tenang.
Peristiwa di atas menggambarkan bahwa banyak di antara kita hidup membutuhkan pujian untuk bangkit. Tidak salah memang jika menerima pujian hanya sekedarnya saja. Akan menjadi masalah apabila menempatkan pujian itu melebihi apapun. Yang awalnya tidak membutuhkan pujian, sekarang membutuhkan pujian bahkan sampai mengemis pujian.
Seharusnya pujian tidak membuat semakin menyombongkan diri. Seharusnya pujian dalam bentuk apapun tidak membuat terkesima. Juga seharusnya pujian dijadikan motivasi untuk lebih baik kedepannya.
Di sisi lain, saat orang lain dihujani berbagai macam pujian dari berbagai sumber, ada orang yang mendapatkan hinaan baik sindiran, omelan dan lainnya. Efek dari hinaan bisa bermacam-macam, ada orang yang ketika di hina malah menghina balik, ada yang menyimpan dendam untuk dibalas, ada yang menangis dan ada yang sabar menerima hinaan tersebut.
Entah apapun penyebabnya, hinaan menjadi bentuk kebiasaan jika ada seseorang yang merasa derajatnya lebih tinggi melihat orang lain memiliki derajat lebih rendah. Dari situlah awal adanya hinaan, dengan adanya perasaan memiliki derajat lebih tinggi maka dengan bebas menghina orang yang memiliki derjat lebih rendah.
Sesungguhnya pujian dan hinaan itu adalah sebuah ujian bagi kita, sebarapa lalai-kah jika mendapat pujian? Dan seberapa sabar-kah bila mendapat hinaan?
Masing-masing umat manusia diberi kelebihan dan kekurangan, dikarunia sifat dan potensi yang dapat mengantarkan pada pencapaian terbaik dalam hidup. Dapat dibayangkan seandainya manusia mampu memaksimalkan potensi yang diberikan oleh Nya, niscaya caci maki, celaan, hinaan dan saling bermusuhan tak akan terjadi dalam kehidupan.
Sesuai dengan firman Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Jadikanlah pujian dan hinaan memiliki derajat yang sama di hati dan pikiran kita. Jika mendapat pujian tidak sombong. Dan jika mendapat hinaan, tidak menjadikan lemah.
Semoga kita tergolong orang-orang tidak haus akan pujian dan tidak mencaki maki orang lain, sesungguhnya kita semua umat muslim adalah saudara.
Semoga Bermanfaat.
0 komentar