Urip Mung Mampir Ngombe
Urip Mung Mampir Ngombe |
Urip Mung Mampir Ngombe - Kehidupan dan kematian adalah rahmat Gusti Allah. Kematian merupakan salah satu kata yang menyeramkan bagi manusia dimana manusia akan berpisah dengan keluarga dan apa yang telah dibangunnya di dunia ini. Semua materi yang menjadi miliknya tidak akan bisa dibawa ke alam kubur . Semua materi baik harta, tanah, emas, kendaraan dan lainnya hanya sebagai penghias didalam dunia ini. Kematian akan menghampiri siapa saja, dimana saja, kapan saja dan bagaimanapun keadaannya.
Kematian adalah hak Gusti Allah untuk manusia. Yang perlu dipikirkan dan diupayakan adalah bagaimana nantinya kita mati? Bayangkan seandainya di akhir hidup mati dalam keadaan kemaksiatan. Apa saja yang akan disiapkan?
Bekal yang perlu dipersiapkan yakni bukanlah kekayaan, kekuatan fisik, pangkat, kedudukan dan hal-hal keduniaan lainnya. Bekal itu berupa semua amalan yang berniatkan Gusti Allah semata. Dari semua perintah dan larangan, perbuatan baik, amal saleh dan ilmu yang bermanfaat. Tetaplah menyembah Allah bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. Gusti Allah berfirman :
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ ۘ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan."
Kehidupan dunia kita jadikan sebagai ladang untuk menanam amal kebaikan, lahan menebar benih kebaikan dan tempat untuk berbekal ketakwaan yang hasilnya kelak akan kita petik di akhirat.
Sebenarnya ketika kita mau mengingat akan dahsyatnya kematian dan kehidupan setelahnya niscaya akan menjadikan lebih giat untuk beribadah kepadaNya dan takut untuk bermaksiat kepadaNya. Karena sesunguhnya orang-orang shaleh yang merindukan dan dirindukan Surga selalu bersiap-siap menghadapi kematian. Seorang pemimpin mulia setelah Rasulullah SAW, sahabat yang Allah janjikan padanya Surga, Abu Bakar As Sidiq Ra. pernah berkata: “ carilah kematian, niscaya engkau akan temukan kehidupan.”
Sesungguhnya kehidupan yang abadi akan ada setelah datangnya kematian. Kehidupan abadi dan kekal hanya dengan dua pilihan, surga yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan bagi orang yang taat menjalankan perintah-perintahNya dan neraka yang penuh azab dan siksaan bagi orang yang gemar bermaksiat kepadaNya. Maka ketika kita menginginkan SurgaNya persiapkanlah kematian dengan sebaik-baiknya. Karena ketika kita mengakhiri hidup dengan khusnul khatimah maka kebahagiaan akan menanti ke dalam SurgaNya. Dan sebaliknya ketika kehidupan dunia hanya kita gunakan untuk bersenang-senang, menumpuk harta kekayaan, menyombongkan diri, dan bermaksiat kepadaNya hingga ajal menjemputnya maka kesengsaraan ketika datangnya kematian, kubur yang penuh dengan siksaan, padang mahsyar tanpa naungan, timbangan keburukan yang lebih berat dari kebaikan, dan gagalnya menjembatani shirath hingga dilemparkannya diri ke dalam api neraka.
Rasulullah memerintahkan kepada umatnya untuk memperbanyak mengingat kematian, karena pengaruhnya yang besar bagi kehidupan mukmin. Seseorang yang senang untuk dzikrul maut (mengingat kematian) ia akan senantiasa berusaha memperbanyak dan meningkatkan kualitas ketakwaan serta amal ibadahnya, karena ia tahu hanya amal shalehlah yang akan menjadi pendamping setianya taktala pergi dari kehidupan dunia. Teman setia taktala semua yang ia miliki meninggalkanya, istri yang ia cintai tak menemani, anak yang ia sayangi tak mendampingi, keluarganya pun pergi, harta dan jabatan yang ia miliki tak berarti.
Beramalah dengan sebaik-baiknya, lakukan segala amal kebaikan, jauhi segala keburukan, jangan pernah meremehkan kebaikan sekecil apapun, karena bisa jadi hal inilah yang akan menolong kita di hari perhitungan kelak. Bukankah Rasulullah memerintahkan kepada kita untuk tidak menganggap remeh kebaikan sekecil apapun walau bertemu dengan teman dengan wajah tersenyum, dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan akan berat dalam timbangan (subhanallah wa bihamdihi subhanallahil ‘adhim).
Rasulullah bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang yang menahan hawa nafsunya dan mempersiapkan amal untuk bekal sesudah mati dan orang yang bodoh adalah orang yang selalu menuruti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Jadilah orang cerdas sebagaimana sabda Rasulullah di atas. Kecerdasan yang akan membawa diri kepada hakikat kesuksesan, dimasukkan kedalam surga dan dijauhkan dari siksa api neraka. Maka persiapkanlah bekal dengan sebaik-baiknya, sebelum kematian datang pertanda waktu berbekal telah tiada.
Semoga semua dari kita termasuk orang orang yang berada dalam naungan Nya dan diberi petunjuk oleh Nya. Amin.
Baca juga :
0 komentar